Prodi Ilmu Sejarah FIB UNS menyelenggarakan kuliah umum yang bertajuk “Merancang Masa Depan Mahasiswa Sejarah di Era Global” yang diselenggarakan di Ruang Seminar Gedung 3 (I. Suharno) FIB UNS pada hari Senin, 22 September 2025. Kegiatan ini menghadirkan narasumber utama yaitu Drs. Henry Prakosa (Kepala Desa Jeblog Karanganom Klaten) yang merupakan seorang Alumni Prodi Ilmu Sejarah Angkatan 1983 dan moderator Masyitoh Aulia, S.Hum. (Alumni Prodi Ilmu Sejarah FIB UNS). Kegiatan ini dimulai dengan menonton video flashback jaman generasi 1940-1970an. Narasumber membawa mahasiswa kembali ke zaman dahulu melalui video yang ditampilkan. Kegiatan selanjutnya dijelaskan mengenai Mahasiswa Sejarah di Era Globalisasi yang mana sebagai mahasiswa sejarah, kita memiliki peran krusial dalam memahami masa lalu untuk membentuk masa depan yang lebih baik di era globalisasi saat ini. Mahasiswa Sejarah harus memiliki peran kunci yang harus memiliki pemhaman yang mendalam tentang Sejarah, menganalisis dampak globalisasi, memiliki keterampilan analisis dan kritik, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, dan memiliki kesadaran warisan budaya. Dengan adanya penyampaian materi ini diharapkan jika mahasiswa Sejarah di masa depan memiliki keterampilan yang kritis dalam menghadapi arus globalisasi.
Alumni Mengajar Seri-3 Prodi Ilmu Sejarah FIB UNS
Prodi Ilmu Sejarah FIB UNS menyelenggarakan kegiatan Alumni Mengajar yang membahas tentang Diskusi Film Sejarah Indonesia: “Indonesian Calling” yang diselenggarakan di Ruang Seminar Gedung 3 (I. Suharno) FIB UNS pada hari Jumat, 19 September 2025. Kegiatan ini menghadirkan narasumber utama yaitu Wahyu Susilo (Direktur Migrant Care Jakarta) yang merupakan seorang Alumni Prodi Ilmu Sejarah Angkatan 1987 dan moderator Monica Oktavia, S.Hum. (Alumni Prodi Ilmu Sejarah FIB UNS). Kegiatan diawali dengan nobar (nonton bareng) film “Indonesian Calling” yang diproduksi oleh Joris Ivens seorang Produser Film dari Belanda yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui film tentang pemogokan buruh di Pelabuhan Australia. Film ini berdurasi 22 menit yang menceritakan tentang peristiwa perjuangan buruh Indonesia di Australia yang melakukan aksi pemogokan untuk mengangkut kapal-kapal Belanda yang membawa tentara dan senjata menuju Indonesia. Pada peristiwa Sejarah yang dimuat dalam film ini menjadi bentuk perlawanan propaganda film yang digencarkan oleh Belanda, karena pada masa itu Belanda mencoba mempengaruhi memori warga negara Indonesia yang mengatakan bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hadiah dari Belanda karena berhasil mengusir penjajahan Jepang. Namun, film ini melakukan perlawanan dengan menunjukkan bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan perjuangan bangsa Indonesia, dan Belanda berusaha untuk menjajah kembali negara Indonesia. Perjuangan buruh ini menjadi sorotan bahwa Gerakan buruh juga memiliki peran yang besar dalam perjuangan revolusi Indonesia, dan hal ini berbanding terbalik dengan narasi yang selalu menyoroti perjuangan militer saja.
Webinar Nasional Prodi Ilmu Sejarah FIB UNS
Prodi Ilmu Sejarah FIB UNS menyelenggarakan Webinar Nasional bertajuk “Memori dalam Perspektif Sejarah” yang diselenggarakan di Ruang Seminar Gedung 3 (I. Suharno) FIB UNS pada hari Kamis, 18 September 2025. Kegiatan ini menghadirkan 2 narasumber yaitu Dr. Susanto, M.Hum. (Sejarawan) dan Dr. Widya Fitria Ningsih, M.A. (Departemen Sejarah FIB UGM) serta di moderatori oleh M. Ryan Iqbal, S.Hum. (Alumni Prodi Ilmu Sejarah FIB UNS). Materi pertama membahas tentang Memori dalam Kajian Sejarah yang disampaikan oleh Dr. Susanto, M.Hum. Fenomena memori dalam Sejarah ini membahas tentang perjuangan Diponegoro sebagai inspirasi Nasionalisme Indonesia, Pembantaian etnis Cina di Batavia Tahun 1741, dan Ramalan Jayabaya. Dr. Susanto, M.Hum. menyampaikan bahwa memori tidak bisa dipisahkan dari sejarah, karena pada hakikatnya suatu kejadian lampau sifatnya tidak pernah terhenti saat kejadian itu berakhir. Pertemuan Sejarah dan Memori mengarahkan sebuah cara pandang baru sebagai sebuah rekonstruksi ke depan dengan melihat peristiwa yang terjadi di masa lampau. Memori merupakan ingatan yang mampu mengikatkan apa yang terjadi di masa lampau dengan masyarakat masa kini. Hubungan antara Memori dan Sejarah sangat kuat dalam kasus seperti kekejaman, bencana alam, konflik, politik dan krisis. Materi kedua yang disampaikan oleh Dr. Widya Fitria Ningsih, M.A. mengenai Politik Memori dalam Sejarah Asia Tenggara. Narasumber menyampaikan terkait personal memori dan trauma pada seorang penyintas kamp interniran Jepang dalam memoarnya yang menjelaskan bagaimana orang-orang Belanda di Indo digiring ke kamp-kamp penahanan. Kemudian tentang seorang penyintas G30S yang mendapat perudungan karena dia adalah seorang Tionghoa. Selanjutnya, terkait kisah laporan khusus Komnas Perempuan tentang Kekerasan Seksual Mei 1998 dan dampaknya, Jakarta 15 Mei 2008 yang hanya sedikit korban kekerasan seksual yang terlacak. Memori kolektif dan Sejarah menjelaskan bahwa Sejarah menjadi bentuk narasi peristiwa yang terstrujtur, kronologis, dan terdokumentas-rekonstruksi kritis terhadap masa lalu yang berjarak dan objektif. Sedangkan, Memori merupakan ingatan hidup dalam kelompok, bersifat emosional, subjektif yang dibentuk oleh perspektif personal atau budaya.